Minggu, 17 Mei 2015

Masuknya wali songo dalam mempengaruhi budaya nusantara

Pada penulisan kali ini saya akan membahas mengenai kebudayaan yang disebarkan oleh wali songo . Dan dalam penulisan ini bahwa sangat erat sekali keterkaitan antara pendidikan, masyarakat, dan kebudayaan. Menunjukkan bahwa pendidikan tidak terlepas dari kebudayaan dan hanya terlaksana dalam masyarakat. Islam masuk di Jawa karena pengaruh Walisongo dan pesanteren melalui jalur pendidikan. Kebutuhan akan pendidikan masyarakat mendorong untuk mentranfer lembaga agama dan lembaga sosial kedalam lembaga pendidikan.
Dan kehebatan sufi di Jawa mampu meyerap elemen-elemen penting budaya lokal dan asing tetapi masih berdiri tegar prinsip-prinsip Islam .
Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
Ada beberapa pendapat mengenai arti Walisongo. Pertama adalah wali yang sembilan, yang menandakan jumlah wali yang ada sembilan, atau sanga dalam bahasa Jawa. Pendapat lain menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal dari kata tsana yang dalam bahasa Arab berarti mulia. Pendapat lainnya lagi menyebut kata sana berasal dari bahasa Jawa, yang berarti tempat.
Pendapat lain yang mengatakan bahwa Walisongo adalah sebuah majelis dakwah yang pertama kali didirikan oleh Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) pada tahun 1404 Masehi (808 Hijriah).[1] Para Walisongo adalah pembaharu masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok-tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan, hingga ke pemerintahan.
Dari nama para Walisongo tersebut, pada umumnya terdapat sembilan nama yang dikenal sebagai anggota Walisongo yang paling terkenal, yaitu:

-          Masuknya Islam di Jawa

Secara historis, walisongo marupakan tokoh penting dalam penyebaran islam ditanah pada abad 15-16 yang telah mengkombinasikan aspek-aspek sekuler dan spiritual dalam memperkenalkan Islam pada masyarakat.Walisongo tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat. Bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru murid. Dalam penyebaran agama islam kesembilan wali  antara lain : Maulana Maalik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Drajat, Sunan Giri, Sunan Kudus,Sunan Muria, dan Sunan GunungJati ini mempunyai peran yang unik. Mulai dari maulana malik ibrahim yang menempatkan diri sebagai “ tabib”. Bagi kerajaan  hindu majapahit, sunan giri yang disebut para kolonias sebagai “ paus dari timur’. Hingga sunan kalijaga yang menciptakan karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat jawa, yakni nuansa hindhu dan budha. Para santri jawa berpendapat bahwa Walisongo adalah pemimpin umat yang sangat saleh dan dengan pencerahan spiritual religius mereka, bumi jawa yang tadinya tidak mengenal agama monotheis menjadi bersinar terang.3
  Era walisongo adalah era berakhirnya dominasi hindu-budha dan budaya Nusantara untuk digantikan kebudayaan islam . Mereka adalah simbol penyebaran islam di hindhu  khususnya di jawa, tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan kerajaan islam di jawa. Juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara lngsung membuat sembilan wali ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.

-          Pendidikan di Jawa sesudah masuk islam
Sejarah awal perkembangan Islam Pendidikan menjadi prioritas utama masyarakat Islam Indonesia. Disamping karena besarnya arti Pendidikan, kepentingan islamisasi mendorong Umat Islam melaksanakan pengajaran Islam kendati dalam sistem sederhana, dimana pelajaran diberikan dengan sistem halaqah yag dilakukan di tempat tempat ibadah semacam masjid, musholla, bahkan rumah ulama. Kebutuhan terhadap pendidikan mendorong masyarakat Islam di Indonesia mengadopsi dan menstranfer lembaga agama dan sosial yang sudah ada kedalam lembaga pandidikan islam di jawa.
      Pendidikan dilakukan secara informal kontak person antara mubaligh dan masyarakat sekitar yang tidak terancang dan terstuktural secara jelas dan tegas. Pergaulan keseharian yang didalamnya mengandung unsur pendidikan, seperti keteladanan yang diberikan para mubaligh menampakkan ketertarikan masyarakat terhadap Islam. Pendidikan informaltidak terjadwal sehingga memicu munculnya pendidikan formal. Muncul pendidikan formal antara lain:
Ø  Masjid
Sebagai tempat implikasi dari terbentuknya masyarakat muslim disuatu tempat, sebagai fungsi tempat ibadah juga sebagai tempat pendidikan.
Ø  Pesantren
Pada zaman walisongo dan maulana malik ibrahim dipandang sebagai munculnya pertamama pesantren .5

      Pendidikan Islam atau juga tranmisi islam yang dipelopori Walisongo merupakan perjuangan brilliant yang diimplementasikan dengan cara sederhana, yaitu menunjukkan jalan dan alernatif baru yang tidak mengusik tradisi dan kebiasaan lokal, serta mudah ditangkap oleh orang awam karena pendekatan-pendekatan Walisongo yang kongkrit dan realistis, tidak njelimet dan menyatu dengan kehidupan masyarakat. Usaha-usaha ini dalam konsep modern sering diterjemahkan sebagai model of develofment from within. Model ini, sekali lagi menunjukkan keunikan Sufi Jawa yang mampu menyerap elemen elemen budaya lokal dan asing, tetapi dalam waktu yang sama masih berdiri tegar di atas prinsip-prinsip Islam.6 Approach dan wisdom Walisongo agaknya terlembaga dalam satu esensi budaya pesantren dengan kesinambungan ideologis dan kesejarahannya. Kesinambungan ini tercermin dalam hubungan filosofis dan keagamaan antara taqlid dan modelling bagi masyrakat santri. Melalui konsep modelling, keagungan Muhammad saw dan Kharisma Walisongo yang dipersonifikasikan oleh para aulia dan kiai telah terjunjung tinggi dari masa ke masa.
Bagi Walisongo, mendidik adalah tugas dan panggilan agama. Mendidik murid sama halnya dengan mendidik anak kandung sendiri. Pesan mereka dalam konteks ini adalah “ Sayangi,hormati dan jangalah anak didikmu,hargaila tingkah laku mereka sebagaimana engkau memperlakukan anak turunmu. Beri mereka makanan dan pakaian hingga mereka dapat menjalankan syariat Islam dan memegang teguh ajaran agama tanpa keraguan.” 7
Ajaran-ajaran Walisongo tentu tidak dapat dipisahkan dari ajaran dasar sufisme. Sufisme sebagai elemen aktif dalam penyebaran Islam di Jawa. Terlihat jelas dengan kehadiran tariqat Qadariyyah, Naqsabandiah, Syattariyah,serta Suhrawardiyyah yang telah berkembang dari abad ke abad. Dikemudian hari walisongo terinstitusi dalam tradisi pesantren. Pola hidup saleh, modelling dengan mencontoh dan mengikuti para pendahulu yang terbaik, mengarifi budaya dan tradisi lokal, adalah ciri utama komunitas ini.
Satu abad sesudah walisongo, abad 17. Pengaruh Walisongo diperkuat oleh Sultan Agung yang memerintah di Mataram . Sultan Agung merupakan penguasa terbesar di Jawa setelah pemerintahan Majapahit dan Demak.8 Sultan Agung adalah pemimpin negara yang salih dan menjadi salah satu rujukan  utama bagi dunia santri. Kesuksesan Sultan Agung menjadikan masyarakat santri memandangnya sebagai Ratu adil. Saat itu Sultan Agung menawarkan tanah perdikan9 bagi kaum santri serta memberi kehidupan intelektualisme keagamaan., hingga komunitas ini berhasil mengembangkan lembaga pendidikan  mereka tidak kurang dari 300 pesantren. Sejalan dengan proses dinamis ini pendidikan Isalm di jawa sebelum abad 19,khususnya pada masa Sultan Agung, dipandang oleh Muhammad Yunus sebagai masa keemasan sistem pendidikan Islam.10
Kedatangan  Islam yang diikuti dengan peradaban pesantren bukan hanya merupakan subkultur saja, tetapi merupakan tandingan bagi budaya Hindhu-kejawen yang berpusat di istana-istana kerajaan pedalaman. Konflik budaya pesantren  dengan kejawen berlangsung dari zaman Majapahit hingga zaman Mataram.


-          Pendekatan Pendidikan wali songo
Ada beberapa jenis bentuk pendekatan Pendidikan walisongo dalam mempengaruhi masyarakat jawa, antara lain :
a.       Modeling
Dalam dunia Islam Rosulullah adalah pemimpin dan panutan sentral yang tidak diragukan lagi, dalam masyarakat santri jawa diteruskan oleh para Walisongo. Yang perlu ditegaskan bahwa modeling mengikuti tokoh pemimpin merupkan bagian terpenting dalam filsafat jawa.

b.      Substanstif Bukan Kulit Luar
Ajaran Qur’an dan Hadits pada dasarnya hubungan Tuhan dengan makhluk di bumi, dan tentang bagaimana agar selamat lahir-batin,dunia akhirat. Tujuan Walisongo adalah bagaimana menerapkan teori modalitas hubungan Allah dengan hamba-Nya.

c.       Pendidikan Islam yang tidak Deskriminatif
Pendidikan Islam Walisongo ditujukan pada rekayasa mereka terhadap pendiran pesantren. Pendidikan yang merakyat dijadikan kiblat dalam dunia pendidikan pesantren dewasa ini. Keberhasilan Walisongo terhadap pendekatan ini terungkap dalam istilah populer Sabdo Pandito Ratu yang berarti menyatunya pemimpin agama dan pemimpi negara.

d.      Pendidikan Agama yang Understandable and Applicable
Pendidikan Walisongo mudah  ditangkap dan dilaksanakan. Pola pendidikan terlihat dalam rumusan Jawa Klasik arep atatakena elmu,sakedarane lan lampahaken ( carilah ilmu yang dapat dapat engkau praktekkan, terapkan). Pola ini menyajikan pendidikan Islam melalui media wayang yang memasyarakat.

e.       Pendekatan Kasih Sayang
Bagi walisongo, mendidik adalah tugas dan panggilan agama. Mendidik murid sama halnya dengan mendidik anak kandung sendiri.


Jumat, 10 April 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUTUHAN NKRI DILIHAT DARI SISI KETAHANAN NASIONAL


Dalam artikel ini saya akan membahas faktor yang mempengaruhi keutuhan NKRI dilihat dari sisi ketahanan nasional 


Letak geografis Indonesia yang strategis memiliki potensi ancaman yang kedepannyaakan semakin kompleks. Sementara itu, di sisi lain stabilitas keamanan nasional belum kuat.Indonesia masih mengalami masa-masa transisi dan konsolidasi (politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan) menuju negara yang demokratis. Bentuk ancaman terhadapkedaulatan negara yang terjadi saat ini makin bersifat multidimensional seiring dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, dan komunikasi, Oleh karenaitu segenap bangsa Indonesia dituntut dapat mengatasi setiap ancaman, tantangan, hambatan, dangangguan, baik yang datang dari dalam maupun luar negeri.Kedaulatan dan keutuhan NKRI merupakan harga mati, sehingga upaya untuk tetapmenjaga negara tetap utuh dan berdaulat menjadi sangat penting. Tulisan ini akan bertujuanuntuk menganalisis faktor-faktor apa saja dan bagaimana peranan faktor kunci tersebut dalammenjaga pertahanan nasional. Pembahasannya meliputi pemaparan tentang pentingnya faktoryang dianalisis dalam pertahanan nasional dan menjelaskan data-data relevan yang terkaitdengan faktor-faktor tersebut.

Penentuan Faktor Penting Dalam Pertahanan Nasional
Untuk dapat membangun strategi dan kebijakan yang efisien, perlu diperhatikan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap pertahanan nasional. Berdasarkan penelitian LIPI(2007), faktor yang mempengaruhi pertahanan yaitu: (1) anggaran pertahanan; (2) jumlah penduduk suatu negara; (3) ancaman konvensional dan non konvensional; (4) anggaran pertahanan negara lain; (5) kemampuan keuangan pemerintah; (6) harga alutsista; dan (7) jumlah personil sistem pertahanan.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa anggaran pertahanan dipengaruhi secara positif oleh keenam faktor di atas. Namun dalam tulisan ini hanya dibahas tiga dari tujuh faktor penting yang perlu diperhatikan dalam upaya menjaga pertahanan yaitu ancaman konvensionaldan non konvensional, anggaran pertahanan, dan jumlah personil sistem pertahanan.

Faktor Ancaman Konvensional dan Non Konvensional
Ancaman merupakan segala bentuk gangguan langsung, tidak langsung, terlihat ataupun tidakterlihat terhadap kedaulatan; basis-basis vital nasional (ekonomi, militer, dan informasi); penduduk; teritorial, ataupun segala bentuk usaha serangan secara konvensional, inkonvensional,maupun asimetrik terhadap suatu bangsa dalam skala nasional (Widodo, 2003). Berikut inimerupakan tabel ancaman potensial yang menjadi sumber konflik.
 




Ancaman Potensial Yang Menjadi Sumber Konflik

Hampir semua ancaman potensial yang terdapat pada tabel 1 telah terjadi di Indonesia, misalnya peredaran obat-obatan. Indonesia disebut sebagai Surga Narkoba Dunia karena jumlah penggunanarkoba di Indonesia sekitar 3,8 juta orang (Statistik BNN, 2011) atau sekitar 1,5 persen daritotal jumlah penduduk. Ancaman lainnya berupa gerakan separatis seperti lepasnya Timor Lestedari Indonesia, Gerakan Aceh Merdeka (GAM), upaya disintegrasi Papua, dan penguasaan PulauSipidan dan Ligitan oleh Malaysia.Koseptualisasi, operasionalisasi, dan kategori ancaman harus dapat dilihat secara holistik.Tujuannya agar negara dapat melihat dan memformulasikan secara komprehensif mengenai bentuk dan strategi pertahanan apa yang sesuai dalam upaya menghadapi ancaman. Adanya persamaan persepsi dan kebutuhan akan pertahanan dan keamanan negara menjadi lebih pentingdari pada alutsista maupun personil pertahanan.Sejatinya masyarakat adalah garda pertahanan terdepan yang dapat menjaga keamanannegara. Kesadaran akan adanya ancaman konvensional dan non konvensional dapat menjadistimuli terbesar yang dapat membuat berbagai pihak memiliki pola berfikir dan sikap untuk bersatu dan berusaha untuk melindungi tanah airnya secara bersama-sama.

Faktor Kekuatan Ekonomi

Kekuatan ekonomi dalam tulisan ini diukur menggunakan pendekatan (
 proxy
) anggaran pertahanan,Anggaran bersifat sangat penting karena akan menentukan kinerja sektor pertahanan.Sesuai dengan teori ekonomi,
insentive system
akan mempengaruhi
 performance
. Namun haltersebut sebenernya tidak akan
 sufficient 
 tanpa asumsi adanya rasa kebangsaan dan nasionalismeyang tinggi.Selain itu, anggaran pertahanan menjadi penting untuk mewujudkan pertahanan nasionalyang kuat, diperlukan prasyarat anggaran militer yang mencukupi. Namun, kemampuan pemerintah dalam menyediakan anggaran pertahanan memang sangat terbatas jika dihadapkandengan kebutuhannya Efek negatifnya pembangunan pertahanan saat ini relatif belum dapatdiperhatikan secara optimal sehingga kapabilitas pertahanan belum mampu untuk mencegah,mengantisipasi, dan mengatasi ancaman keamanan nasional 

Anggaran pertahanan yang dikeluarkan tergantung pada kemampuan ekonomi masing-masing negara. Oleh karena itu untuk mengetahui bagaimana posisi anggaran pertahananIndonesia jika dibandingkan dengan seluruh negara di dunia perlu dilakukan standardisasidengan menggunakan analisis Z-

Berdasarkan hasil pengolahan data 171 negara, dapat diketahui bahwa dalam kurun waktusebelas tahun anggaran pertahanan Indonesia berada pada kisaran 0,20490 s.d. 0,13482 standardeviasi di bawah rata-rata anggaran pertahanan negara lain di dunia. Jadi, anggaran pertahananIndonesia memang masih sangat minim jika dibandingkan dengan negara lain di seluruh dunia.

Pertanyaan yang mungkin timbul adalah negara mana saja yang memiliki anggaranmiliter yang besar? kemudian adakah keterkaitan antara anggaran militer yang besar dengankekuatan ekonomi yang dimiliki suatu negara?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut dilakukananalisis penghitungan menggunakan variabel anggaran militer dan total populasi di dunia.

Berdasarkan postur anggaran pertahanan global di atas, pada tahun 2011 hingga saat ini
Amerika Serikat tetap merupakan “
market of the last resort 
” untuk semua negara. Posisi
Amerika Serikat sebagai negara dengan kekuatan militer nomor satu mendorong dirinyamelaksanakan posisi unilateralisme (tindakan sepihak). Negara-negara yang tergabung dalam G7 juga menguasai 64% dari total anggaran pertahanan di dunia, fakta tersebut memperkuatargumen hasil penelitian Pradhan (2010). Pradhan (2010) mengatakan bahwa pertumbuhanekonomi mempengaruhi anggaran pertahanan dan anggaran pertahanan bisa mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.Perbedaan jumlah populasi dan kesenjangan Produk Domestik Bruto (PDB) yangtercermin dari pengeluaran untuk anggaran militer menyebabkan terjadinya disparitas ataukesenjangan antar negara. Negara anggota GNB, yang populasinya sekitar 28% memilikianggaran pertahanan 23%. Sedangkan negara BRIC + Indonesia, yang populasinya mencapai58% penduduk dunia, total anggaran pertahanannya hanya14% saja. Jelas terlihat bahwa negaradengan perekonomian tinggi (G7) sangat peduli dengan kekuatan militernya, hal ini tercermindari anggaran pertahanan yang mereka miliki.

Faktor Jumah Personil Sistem Pertahanan

 Dalam ekonomi, kuantitas SDM yang banyak diperlukan, akan tetapi produktivitastenaga kerja juga merupakan salah satu aspek penting untuk diukur untuk menilai kinerja. Dalammiliter salah satu aspek yang harus mendapat perhatian adalah kuantitas tentara, tanpamengesampingkan kualitas tentara. Kualitas atau
 skill 
tentara harus ditingkatkan seiring denganupaya peningkatan kesejahteraannya.

Poin yang dapat dikaji dari tabel 4 yaitu ketersediaan personil pertahanan tidak perluterlalu banyak, namun jumlahnya harus optimal dalam memenuhi kebutuhan, denganmemperhatikan periode
 peak 
 dan
off peak 
. Perlu kajian lebih lanjut mengenai berapa jumlah TNIyang ideal harus tersedia untuk tiap luas wilayah dan jumlah penduduk. Untuk membantu personil pertahanan, rakyat (bagian dari total populasi) harus dapat berperan aktif dalam menjaga pertahanan negara, terutama dalam menghadapi perang non-militer.



Secara umum pembahasan dalam tulisan ini dapat disimpulkan dan direkomendasikansebagai berikut: (1) Dalam menghadapi ancaman, diperlukan persamaan persepsi dan kebutuhanakan pertahanan dan keamanan negara Masyarakat menjadi garda pertahanan terdepan yangdapat menjaga keamanan negara dari ancaman, oleh karena itu diperlukan kesadaran akan

adanya ancaman yang dapat membuat berbagai pihak memiliki pola berfikir dan sikap untuk bersatu dan berusaha untuk melindungi tanah airnya secara bersama-sama; (2) pemerintah harusmeningkatkan tingkat perekonomian agar porsi anggaran untuk pertahanan dapat dialokasikanlebih besar, mengingat rata-rata pengeluaran pertahanan Indonesia dalam kurun waktu 2000 – 2011 berada di bawah rata-rata dunia. Anggaran pertahanan yang optimal dan efisien dalam penggunaannya sangat penting untuk mewujudkan pertahanan nasional yang kuat; (3) kuantitastentara perlu ditingkatkan sampai dengan tingkat yang ideal jika dibandingkan dengan jumlah penduduk dan luas wilayah. Porsi kuantitas tentara yang optimal harus diikuti dengan peningkatan kualitas dan kesejahteraannya. Jika ketiga faktor tersebut berhasil dengan baik,maka pertahanan nasional akan semakin kuat dan dapat terpelihara .





Jumat, 30 Januari 2015

Masalah kependudukan dalam perkembangan masyarakat dan kebudayaan

Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada . Berbagai masalah kependudukan dalam hubungannya dengan perkembangan masyarakat dan kebudayaan diantaranya:

 
1.Masalah Individu Keluarga dan Masyarakat
            Individu berasal dari kata latin individu yang artinya tidak terbagi. Individu menekankan penyelidikan kepada kenyataan-kenyataan hidup yang istimewa dan seberapa mempengaruhi kehidupan manusia (Abu Ahmadi, 1991: 23). Individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tidak dapat dibagi, melainkan sebagi kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perseorangan. Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam lingkungan sosialnya,melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Terdapat tiga aspek yang melekat sebagai persepsi terhadap individu, yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis-rohaniah, dan aspek-sosial yang bila terjadi kegoncangan pada suatu aspek akan membawa akibat pada aspek yang lainnya. Individu dalam tingkah laku menurut pola pribadinya ada 3 kemungkinan: pertama menyimpang dari norma kolektif kehilangan individualitasnya, kedua takluk terhadap kolektif, dan ketiga memengaruhi masyarakat (Hartomo, 2004: 64). Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa adanya suatu masyrakat yang menjadi latar belakang keberadaanya. Individu berusaha mengambil jarak dan memproses dirinya untuk membentuk perilakunya yang selaras dengan keadaan dan kebiasaan yang sesuai dengan perilaku yang telah ada pada dirinya. Manusia sebagai individu salalu berada di tengah-tengah kelompok individu yang sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi yang prosesnya memerlukan lingkungan yang dapat membentuknya pribadinya. Namun tidak semua lingkungan menjadi faktor pendukung pembentukan pribadi tetapi ada kalanya menjadi penghambat proses pembentukan pribadi. Pengaruh lingkungan masyarakat terhadap individu dan khususnya terhadap pembentukan individualitasnya adalah besar, namun sebaliknya individu pun berkemampuan untuk mempengaruhi masyarakat. Kemampuan individu merupakan hal yang utama dalam hubungannya dengan manusia.
            Keluarga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan yang tinggal bersama dan makan dari satu dapur yang tidak terbatas pada orang-orang yang mempunyai hubungan darah saja, atau seseorang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan yang mengurus keperluan hidupnya sendiri.
            Masyarakat Dalam bahasa inggris  disebut society. Asal kata socius yang berarti kawan. Adapun kata masyarakat berasal dari bahasa arab yang berarti berkumpul dan bekerja sama. Adanya saling berkumpul dan bekerjasama ini karena adanya bentuk-bentuk aturan hidup yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan dsb manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan dalm suatu masyarakat.
2.Masalah Pemuda dan Sosialisasi
            Telah kita ketahui bahwa pemuda atau generasi muda merupakan konsep-konsep yang selalu dikaitkan dengan masalah nilai. hal ini merupakan pengertian idiologis dan kultural daripada pengertian ini. Di dalam masyarakat pemuda merupakan satu identitas yang potensial sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan bangsanya karma pemuda sebagai harapan bangsa dapat diartikan bahwa siapa yang menguasai pemuda akan menguasai masa depan.
            Sosialisasi adalah proses yang membantu individu melalui media pembelajaran dan penyesuaian diri, bagaimana bertindak dan berpikir agar ia dapat berperan dan berfungsi, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Masalah-masalah yang menyangkut generasi muda dewasa ini adalah:
a. Dirasakan menurunnya jiwa nasionalisme, idealisme dan patriotisme di kalangan generasi     muda
b. Kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya
c. Belum seimbangnya jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia
d. Kurangnya lapangan dan kesempatan kerja.
e. Kurangnya gizi yang dapat menghambat pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasan
f. Masih banyaknya perkawinan-perkawinan di bawah umur
g. Adanya generasi muda yang menderita fisik dan mental
h. Pergaulan bebas
i. Meningkatnya kenakalan remaja, penyalahagunaan narkotika
j. Belum adanya peraturan perundang-undangan yang mengangkut generasi muda. 

3.Masalah Hubungan Antara Warga dan Negara
            Warga Negara adalah rakyat yang menetap di suatu wilayah tertentu dalam hubungannya dengan negara. Dalam hubungan antara warga Negara dan Negara, warga negara mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap Negara dan sebaliknya, warga negara juga mempunyai hak-hak yang harus diberikan dan dilindungi oleh Negara.
Dalam hubungan internasional di setiap wilayah Negara selalu ada warga Negara dan orang asing yang semuanya disebut penduduk. Setiap warga Negara adalah penduduk suatu negara, sedangkan setiap penduduk belum tentu warga negara, karena kemungkinan seorang asing yang tinggal di Indonesia atau Negara lain yang bukan Negara asalnya.
            Secara etimologis, “Negara” berasal dari bahasa asing Staat (Belanda, Jerman), atau State (Inggris). Kata Staat atau State pun berasal dari bahasa Latin, yaitu status atau statum yang berarti “menempatkan dalam keadaan berdiri, membuat berdiri, dan menempatkan”. Kata status juga diartikan sebagai tegak dan tetap. Dan Niccolo Machiavelli memperkenalkan istilah La Stato yang mengartikan Negara sebagai kekuasaan.
Contoh kasus antara Negara dan warganegara
Kekerasan yang berulang di Kabupaten Sampang, Pulau Madura, Jawa Timur, menunjukkan negara gagal melindungi warganya sendiri. Akibat pemahaman tidak utuh, agama mudah dimanipulasi untuk berbagai kepentingan.Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Konferensi Waligereja Indonesia Benny Susetyo Pr menilai, kekerasan berlatar agama yang terus berulang terjadi akibat agama tidak dipahami secara utuh dalam konteks sosial politik dan budaya zaman. Agama selalu dikaitkan dengan kebenaran absolut. Akibatnya, agama mudah dimanipulasi kepentingan politik jangka pendek. Di Sampang, konflik awalnya bisa disebabkan faktor pribadi dan masalah ekonomi serta politik lokal. Namun, akibat tafsir agama tunggal dan negara yang seharusnya menjadi penjaga konstitusi gagal berperan, kondisi semakin buruk.
Apa yang terjadi di Sampang Madura terhadap kaum Syiah adalah bukti negara kembali mengabaikan prinsip hak asasi manusia (HAM). Hal ini terlihat ketika ada yang menjadi korban yang meninggal jiwa, luka-luka serta rumah warga dibakar oleh sekelompok masyarakat. Pertikaian komunal di Sampang Madura adalah bentuk bagaimana sekelompok mayoritas melakukan tindakan di luar nalar kemanusiaan, hanya karena faktor satu kelompok masyarakat tidak berkeyakinan layaknya mereka.
4.Masalah Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derajat
            Pelapisan social terjadi dengan sendirinya dan terjaadi dengan sengaja. Menurut sifatnya maka sistem pelapisan dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi 2 yaitu yang pertama Sistem pelapisan masyarakat yang  tertutup Didalam sistem ini perpindahan anggota masyarakt kepelapisan yagn lain baik ke atas maupun ke bawah tidak mungkin terjadi, kecuali ada hal-hal yang istimewa. Didalam sistem yang demikian itu satu-satunya jalan untuk dapat masuk menjadi anggota dari suatu lapisan dalam masyarakat adalah karena kelahiran. Sistem pelapisan tertutup kita temui misalnya di India yang masyaraktnya mengenal sistem kasta. Yang kedua Sistem pelapisan masyarakat yang terbuka Didalam sistem ini setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan untuk jatuh ke pelapisan yang ada dibawahnya atau naik ke pelapisan yang di atasnya. Sistem yang demikian dapat kita temukan misalnya didalam masyarakat Indonesia sekarang ini. Setiap orang diberi kesempatan untuk menduduki segala jabatan bisa ada kesempatan dan kemampuan untuk itu. Tetapi di samping itu orang jug adapt turun dari jabatannya bila ia tidak mampu mempertahankannya.. Status (kedudkan) yang diperoleh berdasarkan atas usaha sendiri diebut “achieved status”.
            Kesamaan derajat Cita-cita kesamaan derajat sejak dulu telah diidam-idamkan oleh manusia. Agama mengajarkan bahwa setiap manusia adalah sama. PBB juga mencita-citakan adanya kesamaan derajat. Terbukti dengan adanya universal Declaration of Human Right, yang lahir tahun 1948 menganggap bahwa manusia mempunyai hak yang dibawanya sejak lahir yang melekat pada dirinya. Beberapa hak itu dimiliki tanpa perbedaan atas dasar bangsa, ras, agama atau kelamin, karena itu bersifat asasi serta universal. Indonesia, sebagai Negara yang lahir sebelum declaration of human right juga telah mencantumkan dalam paal-pasal UUD 1945 hak-hak azasi manusia. Pasal 2792) UUD 1945 menyatakan bahwa, tiap-tiap warganegara  berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal 29(2) menyatakan bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.
Contoh mengenai pelapisan social : Orang-orang akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk maju karena adanya kesempatan untuk pindah strata. Kesempatan ini mendorong orang untuk mau bersaing, dan bekerja keras agar dapat naik ke strata atas.
5.Masalah Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan
            Masyarakat dapat mempunyai arti yang luas dan sempit. Dalam arti luas Masyarakatadalah ekseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup bersama dan tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa dan sebagainya. Atau dengan kata lain kebulatan dari semua perhubungan dalam hidup bermasyarakat. Dalam arti sempit masyarakat adalah sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu, misalnya territorial, bangsa, golongan dan sebagainya.
Masyarakat perkotaan sering disebut urban community. Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat kehidupannya serta cirri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan.
            Desa adalah suatu perwujudan atau kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik, dan kultural yang terdapat di suatu daerah dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain, sedangkan masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga atau anggota masyarakat yang amat kuat yang hakikatnya, bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat di mana ia hidup dicintai serta mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi masyarakat atau anggota masyarakat.
            Kota adalah suatu ciptaan peradaban budaya umat manusia. Kota sebagai hasil dari peradaban yang lahir dari pedesaan, tetapi kota berbeda dengan pedesaan, sedangkan masyarakat kota adalah suatu kelompok teritorial di mana penduduknya menyelenggarakan kegiatan-kegiatan hidup sepenuhnya, dan juga merupakan suatu kelompok terorganisasi yang tinggal secara kompak di wilayah tertentu dan memiliki derajat interkomuniti yang tinggi.Permasalahan di kota adalah pengangguran, rawan pangan, rawan moral dan lingkungan.
Contoh kasus
Sebagai contoh, bagi masyarakat perkotaan, ketika mereka ingin berlibur, pasti mereka ingin berlibur di suatu desa yang sejuk dan damai, yang jauh dari kebisingan kota yang selama ini bergulat dengannya. Begitu pula bagi masyarakat pedesaan, ketika merasa pekerjaan di desa sudah tidak mencukupi lagi, pasti mereka ingin hijrah ke kota untuk mengadu nasib yang lebih baik lagi. Di sini terjadi hubungan antara keduanya. Ketika salah seorang dari  kota pergi berlibur ke suatu desa, mereka bertemu dengan penduduk di desa tersebut. Dia bisa saja membawa salah satu dari orang desa tersebut untuk bekerja di kota karena ia melihat pekerjaan di desa sudah tidak mendukung dan masih banyak pekerjaan di kota yang menjanjikan.
Di sinilah peran masyarakat kota untuk membuat lapangan pekerjaan untuk orang-orang dari desa yang hijrah ke kota. Jika semakin banyak masyarakat desa yang hijrah ke kota, maka seharusnya semakin banyak pula lapangan pekerjaan yang harus disediakan. Tapi, jika lapangan pekerjaan yang disediakan sedikit, sedangkan masyarakat desa yang hijrah ke kota semakin banyak, maka justru akan terjadi peningkatan angka pengangguran di kota.
6.Masalah Pertentangan Sosial
            Manusia sangat beragam karena dipengaruhi oleh faktor ras, etnis, agama, dan status. Konflik selain banyak terjadi pada masyarakat kalangan menengah ke bawah, juga dapat terjadi pada masyarakat yang memiliki lapisan sosial kelas atas, misalnya konflik antar anggota dewan yang terjadi di dalam gedung MPR/DPR. Para pejabat yang merupakan anggota dewan dari setiap fraksi atau organisasi kepartaian saling mengajukan pendapat dan mempertahankan argumentasinya dalam sidang. Untuk mencapai kemufakatan hasil sidang, tidak jarang para anggota dewan berselisih dan berbeda pendapat.

Puisi Gunadarma

                                                             Gunadarma Kampusku


Gunadarma …
Suatu kampus yang mewakili indah namamu
Indah tertata begitu indah untuk dilihat

            Disinilah tempat aku menimba ilmu
            Tempat aku meraih harapan
            Dan tempatku menyosong masa depan

Kuhabiskan waktuku setiap hari disini .
Hingga nanti tiba saatnya
Aku akan meraih masa depan yang cerah
Bersamamu .. Gunadarma :)

       
           



Kamis, 22 Januari 2015

Teori George Herbert Mead dalam bukunya "Mind , Self and Society"



Pandangan yang mengembangkan pemikiran bahwa manusia pada dasarnya adalah individu yang bebas dan merdeka adalah paham individualisme. Paham individualisme menekankan kesususan, martabat, hak, dan kebebasan orang perorang. Manusia sebagai individu yang bebas dan merdeka tidak terikat apapun dengan masyarakat ataupun negara. Manusia bisa berkembang dan sejahtera hidupnya serta berlanjut apabila dapat bekerja secara bebas dan berbuat apa saja untuk memperbaiki dirinya sendiri.
Paham yang mengembangkan pentingnya aspek kehidupan sosial kehidupan manusia adalah sosialisme. Sosialisme memberikan nilai lebih pada manusia sebagai sebagai makhluk sosial. Sosialisme merupakan reaksi atas sistem liberalisme yang dilahirkan oleh paham individualisme.
Salah satu peranan dikaitkan dengan sosialisasi oleh teori George Herbert Mead. Dalam teorinya yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Socienty (1972), Mead menguraikan tahap-tahap pengembangan secara bertahap melalui beberapa tahap-tahap Play Stage, tahap Game Stage, dan tahapGeneralized Other.

Menurut mead setiap anggota baru masyarakat harus mempelajari peranan-peranan yang ada dalam masyarakat. Sosialisasi adalah suatu proses dimana didalamnya terjadi pengambilan peranan yang harus dijalankannya serta peranan yang harus dijalankan orang lain. Melalui penguasaan peranan yang ada dalam masyarakat ini seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain. Menurut Mead tahap-tahapan itu adalah:

1. Play Stage,
Seseorang anak kecil mulai belajar mengambil peranan orang-orangg yang ada di sekitarnya. Ia mulai menirukan peranan yang dijalankan oleh orang tuanya atau peranan orang dewasa lain dengan siapa ia sering berinteraksi.

2. Game Stage,
Seorang anak tidak hanya telah mengetahui peranan yang harus dijalankannya, tetapi telah pula mengetahui peranan yang harus dijalankannya oleh orang lain dengan siapa ia berinteraksi.

3. Generalized Other,
Pada tahap awal sosialisasi, interaksi seorang anak biasanya terbatas pada sejumlah kecil orang lain biasanya snggota keluarga, terutama ayah dan ibu. Oleh Mead orang-orang yang penting dalam proses sosialisasi ini dinamakan significant other. Pada tahap ketiga sosialisasi seseorang dianggap telah mampu mengamil peranan-peranan yang dijalankan orang lain dalam masyarakat mampu mengambil peranan Generalized Other. Ia telah mampu brinterksi dengan orang lain dalam masyarakat karena telah memahami peranannya sendiri serta peranan orang lain dengan siapa ia berinteraksi.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan sebagai berikut:
a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
c. Mansuia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.