Secara sederhana, BPM dapat didefinisikan sebagai perangkat
lunak yang disediakan untuk membantu organisasi dalam mengelola proses bisnis
yang dimilikinya mulai dari tahap perancangan, lalu otomasi (komputerisasi),
kemudian eksekusi, hingga tahap monitoring. Tahapan-tahapan tersebut dikenal
sebagai siklus hidup proses.
Masih banyak yang beranggapan BPM hanyalah kelanjutan dari tool-tool
proses bisnis yang telah ada sebelumnya. Sebenarnya BPM jauh “lebih luas”
dibandingkan tool-tool tersebut. BPM bukanlah sekedar tool proses bisnis model
baru. Berikut ini tool-tool proses bisnis yang dianggap sebagai “pendahulu”
BPM:
1. Workflow Management
2. EAI (Enterprise Application Integration)
3. Six Sigma
4. BPR (Business Process Reengineering)
5. ERP (Enterprise Resource Planning)
Hampir semua software BPM dibangun dengan menggunakan bahasa
pemrograman Java dan .NET. Namun demikian saat ini sudah mulai ada teknologi
BPM yang dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman web “murni”, yaitu PHP.
Pada tulisan yang akan datang kita akan coba membahas mengenai tren bahasa
pemrograman yang digunakan pada teknologi BPM.
Siklus Hidup Proses Bisnis Sebelum Datangnya BPM
Untuk
dapat memahami apa BPM itu sebenarnya, ada baiknya kita memahami terlebih
dahulu siklus hidup yang biasanya dilalui oleh sebuah proses bisnis sebelum
datangnya BPM. Setelah itu kita akan melihat bagaimana pengaruh BPM terhadap
siklus hidup proses bisnis. Gambar di samping adalah contoh siklus hidup yang
“biasa” terjadi pada sebuah proses bisnis. Ada 4 tahapan yang dilalui oleh
suatu proses bisnis, yaitu:
Perancangan proses oleh business analyst
Komputerisasi proses (pembangunan software) oleh software
developer
Eksekusi proses oleh end-user (karyawan, mitra, pelanggan)
Analisa jalannya proses (monitoring) oleh business analyst
1. Perancangan Proses Bisnis Tanpa BPM
Sebagaimana ditunjukkan oleh gambar di atas, siklus sebuah
proses dimulai pada tahap perancangan. Pada tahap ini seorang business analyst
akan merancang proses bisnis yang ingin diimplementasi baik dengan memanfaatkan
berbagai tool yang ada (misalnya Microsoft Visio) ataupun hanya dengan
bermodalkan kertas. Business analyst akan berusaha keras agar rancangan proses
yang dihasilkan dapat berjalan secara optimal pada saat diimplementasi.
Untuk itu pada saat perancangan ia akan mempertimbangkan
berbagai faktor yang dapat mempengaruhi jalannya proses bisnis itu nantinya,
misalnya:
Jumlah SDM (Sumber Daya Manusia) yang dimiliki perusahaan
Alokasi biaya untuk proses tersebut
Metode pembagian tugas
Waktu pengerjaan untuk setiap stage pada proses
Banyaknya faktor yang harus diperhitungkan membuat
perancangan sebuah proses bisnis menjadi cukup rumit dan bisa memakan waktu
hingga berminggu-minggu.
2. Pembangunan Software (Komputerisasi Proses Bisnis) Tanpa
BPM
Setelah proses bisnis berhasil dirancang, maka tahap
selanjutnya adalah mengkomputerisasi (meng-online-kan) proses tersebut.
Komputerisasi proses adalah pembangunan perangkat lunak yang merupakan
representasi dari proses tersebut. Komputerisasi proses cenderung dilakukan
oleh perusahaan sebagai solusi untuk meningkatkan performansi proses. Tahapan
ini dilakukan oleh profesional IT (karyawan di divisi IT ataupun outsourcing ke
perusahaan software).
Dengan adanya komputerisasi proses maka proses bisnis tidak
lagi berjalan secara manual. Form-form yang tadinya berbentuk kertas akan diubah
menjadi form-form dalam format digital pada layar monitor yang dapat diisi
dengan menggunakan keyboard. Jalannya perangkat lunak tentunya akan sesuai
dengan flowchart yang telah dibuat oleh business analyst. Tahap pembangunan software
ini dapat memakan waktu hingga berbulan-bulan.
3. Eksekusi Proses Bisnis Tanpa BPM
Setelah software berhasil dibangun maka selanjutnya software
tersebut akan segera diimplementasi agar dapat dieksekusi. Pada tahap eksekusi,
end-user (karyawan, mitra, pelanggan) akan dapat memulai (meng-initiate/men-trigger)
suatu proses bisnis dan berkolaborasi dengan pengguna lain yang terlibat pada
pada proses tersebut.
Sebagai contoh, katakanlah sebuah perusahaan telah
mengkomputerisasi proses Pengadaan Barang (procurement) yang dimilikinya dengan
cara membeli (ataupun membangun sendiri) software Pengadaan Barang (e-procurement).
Maka untuk dapat mengajukan permohonan pengadaan barang, seorang karyawan tidak
perlu lagi mengisi form berbentuk kertas. Mereka tinggal mengisi form digital yang
dapat diakses pada alamat web tertentu dengan menggunakan web browser (Mozilla
Firefox, Internet Explorer, Opera, dll). Setelah form diisi maka selanjutnya
form yang telah diisi akan secara otomatis di-routing oleh software procurement
tersebut kepada karyawan lain yang berwenang (misalnya supervisor). Routing
tersebut tentunya sesuai dengan flowchart proses procurement yang telah
dirancang sebelumnya.
4. Evaluasi Jalannya Proses Bisnis Tanpa BPM
Setelah komputerisasi proses bisnis tersebut berjalan maka
selanjutnya business analyst akan melakukan evaluasi jalannya proses (monitoring).
Proses tersebut mungkin tidak berjalan sesuai yang diharapkan. Business analyst
akan mendapatkan berbagai fakta baru yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya.
Misalnya adanya bottleneck pada situasi tertentu (busy hour), kekurangan SDM,
dsb. Dari hasil evaluasi yang dilakukan, maka business analyst dapat memutuskan
apakah proses bisnis yang dirancangnya akan diubah atau tidak. Perubahan dapat
dilakukan misalnya dengan mengubah flowchart, menambah alokasi SDM, dan lain
sebagainya.
Bisnis Proses Manajemen (BPM) manfaat bagi perusahaan
Bisnis proses mungkin
sesuatu yang sudah umum dalam perusahaan , tujuan dari bisnis proses
adalah untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam perusahaan . Dan
tentunya berujung pada meningkatnya persaingab terhadap competitor dan berakhir
pada meningkatnya bisnis sebuah peusahaan .
Seiring berkembangnya persaingan dalam dunia bisnis , setiap
perusahaan harus cepat dalam merespon . baik terhadap competitor maupun
pelanggan
Hal ini tentunya akan berimbas kepada bisnis proses yang akan
semakin komplek dan memakan banyak resource . Padahal untuk membuat desain
bisnis proses saja bias memakan waktu berbulan-bulan . Hal ini sangat tidak
efisien . Semetara pelanggan tidak bisa menunggu .
Permasalahan yang sering dihadapi dalam membuat BPM
1. Banyak duplikasi data
2. Management sulit mengontrol
3. Tidak bisa melihat proses yang terjadi
Siklus Hidup Proses Bisnis Setelah Datangnya BPM
1. Perancangan Proses Bisnis dengan BPM
Sebagaimana sebelum datangnya BPM, siklus sebuah proses
diawali dengan tahap perancangan yang dilakukan seorang business analyst. Namun
kali ini business analyst melakukannya dengan menggunakan tool perancangan (process
modeler) yang disediakan oleh software BPM. Tool ini tidak hanya menyediakan
sarana untuk menggambar flowchart melainkan juga simulasi jalannya flowchart
tersebut. Hal ini sangat membantu business analyst karena ia dapat memprediksi
jalannya proses dengan lebih akurat.
Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan dengan mudah
menggunakan process modeler:
Membuat berbagai skenario simulasi untuk untuk menguji
performansi sebuah proses pada berbagai kondisi yang berbeda. Seorang business
analyst dapat, misalnya, membandingkan performansi proses penjualan (sales)
ataupun proses purchasing pada kondisi sibuk (busy hour) dan kondisi normal
Memprediksi jumlah antrian (queue) yang mungkin timbul pada
sebuah stage dari suatu proses
Memprediksi jumlah SDM yang dibutuhkan untuk menghindari bottleneck
Memprediksi biaya yang dibutuhkan oleh suatu proses
Hal tersebut tentunya akan sangat mempermudah business
analyst. Pekerjaan perancangan yang tadinya memakan waktu berminggu-minggu
sekarang dapat dilakukan dalam hitungan hari (bahkan jam). Walaupun waktu
pengerjaan menjadi jauh lebih cepat, hasil yang diperoleh justru menjadi jauh
lebih akurat.
2. Pembangunan Software (Komputerisasi Proses Bisnis) dengan
BPM
Setelah datangnya BPM, tahapan pembangunan software
(komputerisasi proses) juga menjadi jauh lebih cepat. Pembangunan software
workflow yang tadinya memakan waktu hingga berbulan-bulan sekarang dapat
dilakukan dalam hitungan minggu. Bahkan beberapa software BPM dapat mengotomasi
proses yang sederhana, misalnya pengajuan cuti, dalam hitungan menit (kurang
dari 1 jam). Hal ini dikarenakan BPM telah menyediakan tool pembangunan software
yang dapat mempermudah pekerjaan software developer. Tool tersebut adalah Process
IDE (Integrated Development Environment). Process IDE adalah RAD (Rapid
Application Development) Tool yang menyediakan berbagai fitur yang dapat
mempermudah pembangunan komputerisasi proses. Contoh fitur yang disediakan oleh
process IDE adalah:
Drag-and-drop form designer
Drag-and-drop report designer
Source code editor dengan fasilitas syntax highlighting
Workflow framework
Database designer yang mendukung berbagai basis data
(Oracle, SQLServer, PostgreSQL, MySQL, dsb)
3. Eksekusi Proses Bisnis dengan BPM
Masih sama dengan sebelum BPM datang, software yang telah
dibangun akan diimplementasi agar dapat digunakan oleh end-user (karyawan,
pelanggan, dan mitra). Apakah perbedaan antara komputerisasi proses yang
dibangun sebelum datangnya BPM dan sesudah datangnya BPM?
Setelah datangnya BPM, hubungan antar proses yang sudah
dikomputerisasi akan menjadi lebih terintegrasi dan dapat diakses melalui Process
Portal. Adanya integrasi antar proses sangatlah banyak manfaatnya. Salah satu
keuntungan terbesar adalah adanya mekanisme load balancing (pembagian tugas)
yang lebih baik. Pembagian tugas antar karyawan di sebuah perusahaan akan
menjadi lebih “adil”. Pembagian tugas tersebut diatur secara otomatis oleh engine
dari software BPM.
Keuntungan lainnya adalah kemudahan penggunaan. Biasanya
setiap aplikasi (proses yang dikomputerisasi) dibangun oleh vendor yang berbeda
serta memiliki alamat dan halaman login yang berbeda pula. Karena dibangun oleh
vendor yang berbeda maka cara penggunaan setiap aplikasi pun akan berbeda pula.
Akibatnya, aplikasi-aplikasi tersebut menjadi “liar” dan sulit untuk digunakan.
Dengan adanya BPM, semua proses yang telah dikomputerisasi dapat diakses pada
alamat yang sama dan memiliki “look-and-feel” yang sama pula.
Tentunya masih banyak keuntungan lain dari adanya integrasi
tersebut. Kita akan membahasnya pada tulisan yang lain.
4. Evaluasi Jalannya Proses Bisnis dengan BPM
Setelah proses diimplementasi maka selanjutnya business
analyst akan mengukur kinerja (performansi) dari proses tersebut. BPM memiliki tool
khusus yang menyediakan berbagai data statistik (built-in) dari seluruh proses
yang telah diimplementasi baik yang sedang berjalan maupun yang telah selesai. Tool
tersebut adalah Process Monitor.
Dengan adanya Process Monitor kita tidak perlu lagi
membangun modul (ataupun fitur) tambahan untuk menghitung performansi sebuah
proses. Semua proses yang diotomasi dengan menggunakan BPM akan secara otomatis
dimonitor oleh Process Monitor. Data-data performansi tersebut akan disimpan
dan dapat kita lihat kapanpun.
Data-data yang disediakan oleh Process Monitor diantaranya
adalah:
1. Bottleneck pada suatu proses
2. Beban (load) setiap orang pada suatu proses
3. Biaya dari sebuah proses
4. Kinerja karyawan yang terlibat pada proses
5. Utilitas proses
Keuntungan dari BPM
Tujuan utama dari BPM adalah untuk mencapai kemajuan yang
signifikan dalam sisi produktifitas dan kualitas pelayanan kepada
pelanggan. Kedua faktor tersebut mempunyai dampak yang penting pada
bisnis, dengan mengurangi biaya, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan
implementasi yang cepat terhadap sebuah service yang baru.
Pada kegiatan sehari- hari, biasanya terdapat beberapa
situasi pada tingkat operasional organisasi, antara lain:
1. Aktivitas yang melibatkan beberapa departemen atau organisasi
sering kali tidak teratur dan saling bersimpangan satu sama lain. Hal ini
menyebabkan permasalahan, penundaan, dan pelayanan yang buruk.
2. Informasi tidak berjalan antar department. Informasi
seringkali hilang karena tidak ada yang mengetahui siapa yang seharusnya
mengerjakan sebuah tugas.
3. Tim manajemen tidak dapat mengetahui apa yang sedang
dikerjakan atau hasil pengerjaan. Tidak ada informasi yang cukup memadai untuk
dijadikan dasar untuk mengambil keputusan.
4. Beban pekerjaan tidak seimbang, sehingga menyebabkan
timbulnya bottleneck yang berimbas pada efisiensi pada seluruh organisasi.
5. Pengetahuan hanya dipegang oleh beberapa orang saja dan
biasanya orang orang tersebut tersebar dan tidak terdapat di semua bagian.
Untuk mengimbangi lingkungan yang kompetitif dan terus
berkembang dan berubah, sangat lah penting untuk memegang teguh konsep
“continuous improvement” atau perbaikan terus menerus menuju kesempurnaan.
Organisasi harus memiliki fleksibilitas dan kelincahan untuk menangani
perubahan perubahan seperti kebutuhan pelanggan yang terus berubah,
perkembangan teknologi, karyawan, dan perusahaan juga harus efektif dan efisien
agar dapat mengembangkan bisnis nya dalam jangka menengah maupun jangka
panjang. Bisnis dan teknologi juga harus bergabung dan berjalan bersamaan untuk
mencapai optimasi dengan bahasa dan tujuan yang sama.
Otomatisasi dan pengembangan yang terus menerus dari proses memungkinkan sebuah organisasi untuk mendapatkan keuntungan berikut:
1. Peningkatan produktivitas organisasi. Aktivitas akan
berjalan lebih mulus dan lebih efisien setelah dimodelkan dan diotomatsasi.
2. Dapat mendeteksi dan memperbaiki masalah, seperti downtime,
bottleneck, dan penggunaan sumber daya yang tidak efisien, secara cepat.
Auditing dan monitoring yang menggunakan data yang real time yang didapatkan
pada saat proses sedang berjalan membuat deteksi yang lebih awal dan lebih
cepat terhadap sebuah permasalahan.
3. Memperbaiki kerja sama antar departemen dan dengan
organisasi eksternaI, seperti klien, supplier, dan distributor. Interaksi
organisasi dengan pihak pihak ini dapat dengan mudah dimodelkan dan
disistemasikan, mendatangkan efisiensi dengan bertukar informasi dan pekerjaan
atau tugas (task).
4. Memberikan pelayanan yang lebih baik untuk klien, supplier,
distributor, dan partner. Provide better service to clients, suppliers,
distributors and partners.
5. Meningkatkan kontrol terhadap aktivitas organisasi. Setiap
saat, snapshot dari pekerjaan yang sedang dikerjakan dapat dilihat.
6. Mendapatkan informasi yang akurat mengenai performa
perusahaan untuk mendukung pengambilan keputusan yang cepat. Dengan menggunakan
balance scorecard yang terupdate secara real time, maka performa perusahaan
dapat dilihat dengan cepat.
7. Mempunyai compliance terhadap hokum, peraturan, prosedur,
dan best practice. Facilitate compliance with laws, regulations, procedures and
best practices.
Menghemat waktu dengan otomatisasi pembuatan dokumentasi dan
informasi yang dibutuhkan.